Tentang Sebuah Perjalanan
Terima kasih Desember 2022. Berkah untuk 2022 dan 2023. Lebih banyak bahagia di 2023.
Desember yang begitu emosional untuk saya, akhir tahun ini, berkah luar biasa diisi oleh kegiatan penutup akhir studi saya. 21 Desember 2022. Menjadi tanggal yang akan terus diingat. Sebuah tanggal yang menjadi pencapaian studi saya.
Saya sungguh bersyukur atas 2022 yang penuh dengan makna. Begitupula, 2023, akan dimulai dari rasa syukur dan tidak pernah berhenti bersyukur. Seperti ucapan pertama yang disampaikan oleh Istri saya, setelah malam Tahun Baru. “Jadi orang baik itu tidak susah, jadi terus menjadi orang baik”.
Sebuah pesan yang akan terus diingat sebagai ‘tema tahun 2023’. Menjadi orang baik. Semoga berkah terus menyertai dan kembali menjadi lebih banyak kebahagiaan.
Pada malam ini, atau dinihari 1 Januari 2023 ini, saya akan menceritakan bagaimana saya melewati 2022 dengan penuh emosi. Sehingga, ketika saya mengakhiri 2022 dengan tahapan akhir studi, hal tersebut menjadi semakin emosional. Perjalanan studi saya, semakin gencar saya kuatkan tekad pada tahun 2022. Tepatnya di akhir 2021. Diawali dengan proses akhir studi yang memang telah dijalani pada tahun 2021. Kemudian, saya masih ingat betul, ketika akhir tahun 2021, saya mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari Ketua Program Studi di Pascasarjana Universitas Indonesia. Selamat ulang tahun itu diberikan tambahan ucapan bahwa “semoga tahun depan sudah bisa bergelar doktor”. Dan, semesta mendukung kalimat itu.
Saya yang tidak begitu mudah untuk menyusun laporan akhir studi saya, disertasi saya, ternyata dimudahkan dengan semangat, tekad dan nekat. Saya akan terus mengingat buku Mark Manson, yang dialihbahasakan oleh Grasindo dengan “Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat”. Beberapa kalimat yang muncul di dalam buku itu, begitu membekas di pikiran saya. Khususnya ketika memberikan gambaran “sulitnya kehidupan” itu sebenarnya adalah makna hidup. Bagian dari makna hidup. Hidup itu jelas ada bahagia dan ada sedih. Ada kemudahan dan kesulitan. Jadi, mengapa kita harus fokus kepada bagian yang tidak bisa kita kendalikan? Mengapa kita harus seakan terpaksa fokus pada perasaan mengeluh atas kesulitan yang harus dihadapi, atas segala rasa lelah yang dihadapi?
Perasaan takut ataupun sedih jelas tidak dilarang. Merasa sedih ataupun takut itu wajar, khawatir pun juga wajar. Namun, semoga kita bisa saling mengendalikan agar tidak selalu muncul berlebih.
Upaya saya dimulai dari akhir 2021, tahapan demi tahapan ketika saya terus berusaha untuk menulis laporan, diiringi dengan proses analisa data yang memang tidak sederhana. Bagaimana merenungi hasil analisis, kemudian bagaimana berpikir atas intepretasi dan refleksi untuk hasil penelitian juga tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Meskipun, setelah melewati tahapan ini, saya memiliki asumsi bahwa, ketika kita benar-benar bisa mengendalikan dengan baik, tentu bisa dikerjakan dengan waktu yang lebih efektif. Saya baru benar-benar memahami bahwa hambatan ketika menulis laporan, ternyata disebabkan oleh rasa tidak percaya diri yang muncul di dalam diri saya.
Akhir 2021 dan awal tahun 2022, kemudian menjadi sebuah proses niat dan tekad saya untuk berupaya menuntaskan proses studi. Januari ke Juni 2022 sepertinya “terasa begitu lama”. Namun, menjadi “tidak lama” untuk proses masa studi saya. Dorongan dari pembimbing menjadi kunci. Kunci utama. Bagaimana Mbak Donna, sebagai Promotor saya. Kemudian Mbak Titut, sebagai Ko-Promotor saya yang terus memberikan motivasi dan berkolaborasi dengan niat, dengan hati, dan otak akademik saya. Saya menjadi lebih percaya diri dan mendapatkan dorongan yang luar biasa agar tidak mudah lelah ataupun menyerah.
Pertengahan tahun 2022 pada akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk memulai tahapan ujian untuk tuntaskan masa studi. Beberapa lapis tahapan ujian harus saya hadapi dan harus dilalui dalam waktu 1 semester. Dalam angkatan kelas saya, kelas tahun 2017, saya bukan orang yang tercepat untuk mendapatkan jadwal untuk ujian awal. Bahkan dalam 1 grup bimbingan dengan pembimbing saya, baik Mbak Donna dan Mbak Titut, saya bukan orang yang paling cepat mengajukan jadwal untuk ujian awal. Ada jelas perasaan dan emosi yang mengintimidasi saya, bahwa “mengapa kamu begitu lamban, Rocky?”. Namun, kembali saya mengingat “semangat, tekad, dan nekat”. Saya berusaha untuk ‘bodo amat’ dengan rasa sakit dan rasa lelah. Saya harus terus maju.
Saya kemudian menjadi sadar, semakin paham. Studi S3 ini bukan lagi pertarungan akademis untuk menjadi lulusan terbaik. Meskipun, tidak dapat disangkal ada beberapa orang yang bertarung menuju kesana. Namun, bagi saya, studi S3 ini merupakan proses untuk menjadikan saya lebih semakin memahami pentingnya memaknai hidup. Tidak hanya selalu mengingatkan diri untuk bersabar, namun mengingatkan diri juga untuk lebih ‘semeleh’. Tenang, berusaha dan menyerahkan posisi hasil kepada Yang Maha Kuasa. Saya tidak diam.
Saya pelajari kelemahan saya. Misalnya, ketika saya memang tidak bisa melihat teman yang memiliki perkembangan jauh lebih cepat. Pada akhirnya saya harus menutup kelemahan itu, dengan aktivitas yang mungkin “jahat”. Salah satu upaya saya adalah metode kacamata kuda. Saya melihat lurus ke depan, tidak melihat kanan kiri atas perkembangan rekan saya. Benar-benar fokus. Saya pun juga menerapkan pada kehidupan ‘digital’. Saya membatasi akses dan komunikasi melalui perangkat smartphone. Saya menjadi orang yang mungkin asosial. Tidak memiliki simpati, mungkin. Tetapi, itu jelas menjadi bagian dari tool saya untuk tuntaskan proses studi.
Pada akhirnya, ketika ujian awal dilalui, ketika kunci utama sudah dibuka. Kemudian mulailah berlari. Itupun tidak mudah, target telah ditetapkan. Agustus 2022 menjadi target untuk proses ujian berikutnya, namun, pada kenyataannya, saya masih harus terus berjuang untuk mampu mengendalikan beragam emosi. Ketika tool sudah diaktifkan untuk kontrol emosi hadapi kelemahan pada bagian akademis, ternyata ada bagian lain yang perlu diaktifkan lagi. Kesehatan diri dan kehidupan di dalam rumah. Aneka ragam ‘kenyataan’ juga harus saya hadapi di rumah. Mulai dari masalah kesehatan, kebutuhan rumah, dan berbagai masalah anak yang harus dituntaskan. Pada akhirnya, saya kemudian menggunakan alasan “masalah keluarga” dan “kesehatan” untuk menunda jalankan proses studi.
Target bergeser. Tentu tidak perlu luangkan waktu untuk menyesali. Saya rasa cukup untuk perasaan mengeluh dan menyesal. Fokus pada masa sekarang. Apa yang bisa kita hadapi saat ini, hadapi. Saya kemudian berusaha untuk menulis, menulis dan menulis. Ada kalanya membutuhkan waktu sehari atau dua hari untuk kerja keras, menulis, makan dan tidur. Tidur tidak perlu diberikan waktu khusus, ketika bisa menulis, mulai menulis. Ketika lelah dan mengantuk, segera istirahat. Intinya, jangan dipaksakan. Namun, harus tetap berjalan prosesnya.
Tibalah kemudian bulan Oktober dan November 2022 yang menjadi target saya untuk lakukan serangkaian ujian. Termasuk memastikan untuk mendapatkan jadwal ataupun jatah sidang program doktor. Sama halnya dengan rangkaian ujian ini, saya pun juga bukan termasuk orang tercepat dalam mengumpulkan perkembangan, jika dibandingkan dengan rekan-rekan saya. Saya hanya fokus kepada kapan saya harus melewatinya. Bukan yang lain. Dan, Alhamdulillah, semesta mendukung. Rasa syukur mengiringi, bersama dengan dorongan, motivasi dan dukungan dari Pembimbing.
Desember 2022, tengah Desember. Saya mendapatkan jadwal untuk Sidang Promosi Doktor. Saya pun bersyukur, ketika merasa tidak mungkin mendapatkan jatah jadwal sebelum masa libur Natal dan Tahun Baru, pada akhirnya saya mendapatkan jadwal itu. Saya tidak bisa menentukan jadwal, karena bukan wewenang saya. Sepenuhnya jadwal tersebut adalah kewenangan dari Program Studi. Bersama dengan dua rekan saya yang lebih dahulu melakukan rangkaian ujian awal, termasuk bahkan mengajukan perkembangan terkini, kami mendapatkan jadwal. Saya beruntung. Karena masalah teknis, saya lebih dahulu mendapatkan jadwal. Jauh lebih awal bahkan. Saya mendapatkan jadwal pada 21 Desember, sedangkan rekan-rekan saya terkonfirmasi mendapatkan jadwal pada bulan Januari 2023. Kebanggaan tersendiri bagi saya. Kandidat doktor Ilmu Komunikasi pertama yang maju sidang promosi pada semester ganjil 2022/2023. Dan, menjadi kandidat doktor pada akhir tahun 2022. Minimal, “halaman pengesahan” saya tercantum pada bulan Desember 2022.
21 Desember 2022 tiba, saya dinilai mampu mempertahankan argumen dan disertasi saya. Dari 5 Desember 2022, waktu pengumuman saya mendapatkan jadwal sidang promosi, terhitung 17 hari. 17 hari untuk mempersiapkan “segalanya keperluan promosi”. Mulai dari melakukan perbaikan atas hasil ujian paling akhir, kemudian memastikan proses cetak hardcover untuk keperluan sidang. Selain itu, juga mengurus proses keperluan pendukung kegiatan sidang, seperti souvenir, konsumsi dan lainnya. Namun, berkat kerjasama yang cantik dengan istri saya dan rekan kantor saya, proses akhir ini bisa dilalui dengan baik. Dan cantik pula. Setelah dikukuhkan mendapatkan gelar doktor, saya kemudian kembali mengenang awal studi saya di Universitas Indonesia. Saya kembali mengenang masa-masa ketika saya “merasa paling bodoh” di antara teman-teman saya. Bahkan, terhitung dari 9 rekan yang ada di dalam angkatan saya, “saya merasa tidak mampu” karena saya berasal dari Perguruan Tinggi Swasta. Sebagian besar teman saya adalah lulusan dari Perguruan Tinggi Negeri dan malah dari Universitas Indonesia. Saya tidak pernah mengeluh, bahkan kadang justru lebih memilih diam ketika muncul diskusi akademik di dalam grup angkatan. Tetapi, pada akhirnya saya juga berupaya “diam-diam” mempelajari secara mandiri kelemahan saya termasuk ketika merasa buntu saat diskusi akademis. Saya benar-benar mempelajari apa yang saya pikir tidak paham. Saya eksplorasi dan harus paham tentang suatu bahasan, apalagi ketika hal tersebut menjadi bagian dari penelitian saya. Sebuah upaya yang tidak saya perkirakan sebelumnya, fokus kepada proses bukan kepada hasil. Dan, pada akhirnya, waktu pun tiba. Pada tanggal 21 Desember, saya kemudian menjadi doktor ketiga dari satu angkatan saya. Angkatan 2017. Setelah sebelumnya ada 2 doktor yang lebih dahulu tuntas. Saya bersyukur atas hal ini.
Saat ini, 1 Januari 2023, saya merasa perlu mengingatkan diri. Untuk terus menjadi orang baik. Itu tidak sulit. Termasuk menjadi pribadi yang sabar dan semeleh. Ketika sombong adalah bentuk proses menyakiti orang lain, tentu saya harus tanggalkan itu. Harus terus berbenah, terus merendah, terus merasa bodoh dan ingin belajar terus.
Terima kasih Gusti, terima kasih semesta. Terima kasih untuk keluarga saya, istri saya. Terima kasih juga untuk kedua pembimbing saya yang hebat-hebat.
Gambar: hasil modifikasi dari souvenir hadiah untuk pembimbing.